Majapahit: Puncak Kejayaan Nusantara
Sobat klikponsel, ketika kita berbicara tentang sejarah Indonesia, satu nama pasti muncul dengan keagungan yang tak tertandingi: Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini bukan sekadar babak dalam buku sejarah; ia adalah puncak peradaban Nusantara, sebuah imperium maritim yang menyatukan hampir seluruh kepulauan di bawah satu panji. Dibandingkan kerajaan-kerajaan lain, Majapahit mencapai masa kejayaan yang begitu gemilang sehingga jejaknya masih terasa hingga hari ini, mulai dari sistem tata negara, seni budaya, hingga cita-cita persatuan Indonesia. Mari kita telusuri bersama bagaimana Majapahit berdiri, siapa tokoh-tokoh kuncinya, dan mengapa periode ini layak disebut sebagai Masa Kejayaan Nusantara sejati.
Kelahiran Sebuah Imperium: Dari Pemberontakan ke Kedaulatan
Kelahiran Majapahit pada akhir abad ke-13 adalah kisah yang penuh drama dan intrik politik. Pendiri kerajaan ini adalah Raden Wijaya, menantu dari raja terakhir Kerajaan Singasari, Kertanegara. Setelah Singasari runtuh akibat serangan Jayakatwang dari Kediri, Raden Wijaya berhasil melarikan diri dan mendapatkan ampunan.
Titik balik sejarah datang pada tahun 1293. Saat itu, pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jenderal Shih-Pi dan Ike Mese datang ke Jawa dengan tujuan menghukum Kertanegara. Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan pasukan asing ini sebagai senjata. Dengan kecerdikan luar biasa, dia bersekutu dengan Mongol untuk menyerang Jayakatwang. Setelah Jayakatwang berhasil dikalahkan, Raden Wijaya kemudian membalikkan keadaan. Dengan licik, dia menyerang balik dan mengusir pasukan Mongol dari tanah Jawa.
Pada tanggal 10 November 1293, Raden Wijaya mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Majapahit di daerah Trowulan, Jawa Timur. Nama Majapahit sendiri diambil dari buah maja yang banyak tumbuh di wilayah tersebut, yang konon memiliki rasa pahit.
Tokoh Kunci Kejayaan: Trio Emas yang Mengubah Peta Nusantara
Meskipun didirikan oleh Raden Wijaya, masa-masa awal Majapahit masih penuh gejolak. Pemberontakan sering terjadi, mengancam stabilitas kerajaan. Kejayaan sejati Majapahit baru tercapai di bawah kepemimpinan trio emas: Raja Hayam Wuruk, Mahapatih Gajah Mada, dan guru spiritual Mpu Prapanca.
1. Hayam Wuruk (Raja Rajasanagara)
Memerintah dari tahun 1350 hingga 1389, Hayam Wuruk adalah raja keempat Majapahit. Di bawah kepemimpinannya, Majapahit mencapai puncak kemakmuran dan kekuasaan. Dikenal sebagai raja yang adil dan bijaksana, Hayam Wuruk tidak hanya fokus pada ekspansi militer, tetapi juga pada perkembangan seni, budaya, dan infrastruktur. Keseimbangan antara kekuasaan dan kebijaksanaan inilah yang membuat pemerintahannya stabil dan disegani.
2. Mahapatih Gajah Mada: Sumpah Palapa dan Unifikasi Nusantara
Nama Gajah Mada adalah sinonim dengan cita-cita persatuan. Sebagai Mahapatih, jabatan setara Perdana Menteri, ia mengikrarkan Sumpah Palapa pada tahun 1334. Sumpah ini berisi janji Gajah Mada untuk tidak akan menikmati palapa (diartikan sebagai kesenangan atau istirahat) sebelum berhasil menyatukan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.
Ambisinya yang besar ini berhasil diwujudkan melalui serangkaian ekspedisi militer dan diplomasi. Wilayah kekuasaan Majapahit membentang dari Sumatera, Semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, hingga sebagian besar Filipina. Kebesaran wilayah ini menjadi dasar geopolitik yang kelak menginspirasi batas-batas wilayah Republik Indonesia modern.
3. Mpu Prapanca dan Kakawin Nagarakretagama
Tokoh ketiga adalah Mpu Prapanca, seorang pujangga istana yang menjabat sebagai dharma dyaksa (kepala urusan agama). Kontribusi terbesarnya adalah penulisan Kakawin Nagarakretagama pada tahun 1365. Karya sastra epik ini menjadi sumber primer paling penting tentang sejarah, struktur pemerintahan, dan wilayah kekuasaan Majapahit pada masa keemasannya. Berkat Nagarakretagama, kita tahu betapa teraturnya sistem pemerintahan Majapahit dan luasnya wilayah yang mereka kuasai.
Struktur Pemerintahan dan Kemakmuran Majapahit
Majapahit dikenal memiliki struktur pemerintahan yang sangat terorganisir, sebuah bukti tingginya tingkat peradaban saat itu.
- Raja (Sri Maharaja): Pemimpin tertinggi dengan kekuasaan absolut.
- Dewan Penasihat (Bhatara Sapta Prabu): Terdiri dari kerabat dekat raja yang bertugas memberikan nasihat.
- Mahapatih: Jabatan tertinggi di bawah raja yang bertugas menjalankan roda pemerintahan.
- Sistem Birokrasi yang Kuat: Pemerintahan dibagi menjadi beberapa kementerian yang mengurus berbagai aspek, mulai dari pajak, pertahanan, hingga urusan agama.
Kemakmuran Majapahit didorong oleh dua sektor utama: pertanian dan perdagangan maritim.
- Pertanian: Jawa Timur adalah pusat pertanian yang subur, menghasilkan beras dalam jumlah besar. Pembangunan sistem irigasi yang teratur menunjukkan kemajuan teknologi pertanian Majapahit.
- Perdagangan: Sebagai kerajaan maritim, Majapahit menguasai jalur perdagangan rempah-rempah internasional. Komoditas seperti lada, pala, cengkeh, dan emas menjadi sumber kekayaan utama. Pelabuhan-pelabuhan Majapahit menjadi titik temu pedagang dari Tiongkok, India, hingga Timur Tengah.
Warisan Budaya dan Spiritual Majapahit
Masa kejayaan Majapahit juga merupakan periode toleransi beragama dan kesuburan budaya. Majapahit menganut sinkretisme antara agama Hindu Siwa dan Buddha yang dikenal sebagai ajaran Siwa-Buddha.
- Candi dan Arsitektur: Peninggalan arsitektur Majapahit yang paling terkenal adalah Candi Penataran di Blitar dan sisa-sisa kompleks istana di Trowulan. Arsitektur mereka memadukan unsur-unsur lokal dengan pengaruh Hindu-Buddha.
- Seni Sastra: Selain Nagarakretagama, muncul banyak karya sastra penting lainnya, seperti Kakawin Sutasoma oleh Mpu Tantular. Dari kakawin inilah lahir frasa yang kini menjadi semboyan nasional Indonesia: “Bhinneka Tunggal Ika” (Berbeda-beda tetapi tetap satu). Semboyan ini adalah warisan spiritual Majapahit tentang persatuan dalam keberagaman.
Menuju Senja Kala: Faktor Kemunduran Majapahit
Setelah wafatnya Hayam Wuruk pada tahun 1389 dan Gajah Mada sebelumnya pada tahun 1364, Majapahit mulai memasuki periode kemunduran. Tidak adanya tokoh sekuat mereka memicu serangkaian konflik internal.
- Perang Paregreg (1404–1406): Perang saudara antara keturunan Hayam Wuruk, yakni Bhre Wirabhumi melawan Wikramawardhana, sangat melemahkan kekuatan dan sumber daya kerajaan.
- Masuknya Islam: Seiring berjalannya waktu, kekuasaan Majapahit di wilayah pesisir mulai meredup, digantikan oleh Kesultanan-kesultanan Islam yang tumbuh pesat, seperti Demak. Para pedagang Muslim memainkan peran penting dalam penyebaran agama baru ini.
- Krisis Kepemimpinan: Setelah Perang Paregreg, Majapahit tidak lagi memiliki pemimpin karismatik yang mampu menyatukan kembali kerajaan.
Meskipun tidak ada tanggal pasti runtuhnya Majapahit, banyak sejarawan setuju bahwa kerajaan ini secara efektif berakhir pada awal abad ke-16, dengan tahun 1478 sering disebut sebagai tahun jatuhnya ibu kota ke tangan Kesultanan Demak (walaupun ada pandangan lain).
Warisan Abadi Majapahit bagi Indonesia Modern
Sobat klikponsel, meski Majapahit telah lama runtuh, warisannya hidup dalam DNA bangsa Indonesia. Konsep Nusantara yang dicetuskan Gajah Mada telah menjadi inspirasi bagi para pendiri bangsa dalam menentukan wilayah kedaulatan negara. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan langsung dari semangat toleransi dan persatuan Majapahit.
Memahami Majapahit bukan hanya untuk mengenang masa lalu, tetapi untuk menghargai fondasi kebesaran bangsa kita. Majapahit membuktikan bahwa kepulauan yang beragam ini mampu bersatu menjadi sebuah kekuatan besar di dunia.